Juli 2024 jadi Juli terpanas ke-2 dalam catatan sejarah

1 month ago 27
winjudi slot online winjudi online winjudi situs winjudi online slot gacor online terbaru situs slot gacor online terbaru link slot gacor online terbaru demo slot gacor online terbaru rtp slot gacor online terbaru Akun slot gacor Akun situs slot gacor Akun link slot gacor Akun demo slot gacor Akun rtp slot gacor Akun slot gacor online terbaru Akun situs slot gacor online terbaru Akun link slot gacor online terbaru Akun demo slot gacor online terbaru Akun rtp slot gacor online terbaru informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online winjudi slot online

Beijing (ANTARA) - Juli 2024 menjadi bulan Juli terpanas kedua dalam catatan sejarah. Bulan tersebut juga menandai berakhirnya rentetan rekor suhu global selama 13 bulan berturut-turut, setelah setiap bulan dari Juni 2023 hingga Juni 2024 mencatatkan suhu tertinggi baru, menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus (Copernicus Climate Change Service/C3S) pada Rabu (7/8).

Suhu rata-rata global pada Juli 2024 mencapai 16,91 derajat Celsius, hanya 0,04 derajat di bawah rekor yang tercatat pada Juli 2023. Menurut Wakil Direktur C3S Samantha Burgess, perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa "konteks keseluruhan masih tidak berubah."

C3S pada Kamis (8/8) juga menyatakan bahwa semakin besar kemungkinan 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Suhu global pada 2024 lebih tinggi 0,7 derajat dibandingkan dengan suhu rata-rata global selama periode 1991-2020. Tahun ini kemungkinan akan tetap lebih panas dibandingkan tahun 2023, kecuali terjadi penurunan suhu yang signifikan dalam beberapa bulan mendatang.

Khususnya, dunia mencatatkan dua hari terpanas berturut-turut pada bulan lalu, yaitu 21 dan 22 Juli. Pada 25 Juli, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan aksi global untuk mengatasi panas ekstrem, menyatakan bahwa Bumi menjadi "semakin panas dan berbahaya."

Meskipun hari-hari dengan suhu yang mencatatkan rekor telah berlalu, dampak dari panas ekstrem terus dirasakan. Kematian akibat cuaca panas di Korea Selatan meningkat menjadi 14 orang pada Selasa (6/8).

Di Jepang, total 3.647 orang, rekor tertinggi, dirawat di rumah sakit karena sengatan panas (heatstroke) pada Juli lalu. Laporan panas DAK-Gesundheit yang dirilis pada Senin (5/8) lalu di Jerman menunjukkan bahwa satu dari empat orang di Jerman, terutama para lansia, telah mengalami masalah kesehatan akibat panas yang ekstrem tahun ini.

World Wide Fund for Nature (WWF) menekankan bahwa suhu yang memecahkan rekor ini bukanlah suatu kejadian tunggal alami yang tidak berhubungan dengan kejadian lain, melainkan terkait dengan perubahan iklim dan gelombang panas, kebakaran hutan, serta berbagai peristiwa cuaca ekstrem lainnya yang semakin sering terjadi

Di Amerika Serikat, kebakaran Park Fire yang terjadi di California utara pada awal Agustus lalu menjadi kebakaran hutan terbesar keempat dalam sejarah negara bagian tersebut. Kebakaran ini mengakibatkan 4.000 orang dievakuasi.

Di kawasan Eropa Timur dan Eropa Selatan, gelombang panas berkepanjangan telah mengakibatkan lonjakan permintaan listrik dan seringnya pemadaman listrik. Beban listrik dari penggunaan penyejuk udara dan air dingin yang berlebihan telah memberikan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada infrastruktur kelistrikan dan air.

Ilmuwan iklim senior C3S, Julien Nicholas, mendesak dunia untuk mengatasi kekuatan pendorong utama pemanasan global, yaitu gas rumah kaca.

"Ada banyak perhatian yang diberikan pada periode 13 bulan berturut-turut dengan rekor suhu secara global ini," ujar Nicolas. "Namun, konsekuensi dari perubahan iklim sudah terasa sejak bertahun-tahun lalu ... Dan masalah ini tidak akan berhenti hanya karena rentetan rekor suhu ini berakhir."

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article