Meluasnya konflik di Timur Tengah dengan peningkatan eskalasi militer Israel dan Lebanon turut mempengaruhi harga minyak dunia.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (2/10), harga minyak mentah Brent melonjak hingga 5 persen sejak serangan pada hari Selasa (1/10).
Diketahui, harga minyak pada hari Rabu (2/10) berada di angka USD 75 dolar per barel, artinya harga minyak naik USD 5 dolar dalam dua hari.
Walau begitu, analis sekaligus Kepala Ekonom Trafigura Group Saad Rahim bilang pasar belum memperhitungkan risiko atas serangan lebih lanjut pada fasilitas minyak milik Iran atau upaya Iran untuk memblokir Selat Hormuz.
"Tidak seorang pun benar-benar tahu sejauh mana hal ini bisa menyebar. Bagaimana reaksi Israel sekarang, bagaimana reaksi balasan dari Iran, apakah pemain lain mulai terlibat?,” jelasnyaa.
Selain itu, investor juga bersikap pesimis pada minyak dalam catatan akhir September. Hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran permintaan dan surplus pasokan.
OPEC+ menyatakan pihaknya siap melakukan produksi minyak lebih banyak pada Desember nanti. Selain itu, pengebor diluar OPEC+ juga akan meningkatkan produksi agar pasar masih tetap bisa bergerak sebelum kehabisan stok.
“Pasar minyak mentah sangat kekurangan pasokan dan tidak peduli dengan risiko geopolitik. Premi risiko minyak mentah hanya akan naik jika pasar melihat eskalasi yang berdampak langsung pada infrastruktur atau aliran energi, atau jika Israel menyerang infrastruktur penting yang mengancam rezim,” ungkap Bob McNally , Presiden Rapidan Energy Group dan penasihat di pemerintahan George W. Bush
Ketika harga minyak naik pada Selasa (1/10), para pedagang berusaha keras untuk melindungi diri dari kenaikan yang berlanjut.
Saat ini, diketahui Iran merupakan produsen dari 3 juta barel minyak per hari. Harga minyak bisa saja naik hingga USD 7 dolar per barel jika Amerika dan sekutunya memberlakukan sanksi ekonomi kepada Iran.
Terlebih, menurut perkiraan awal Clearview Energy Partner jika Israel menyerang infrastruktur energi Iran, maka harga minyak dapat mencapai USD 13 dolar per barel. Jika Selat Hormuz terganggu akibat konflik, harga minyak mentah akan ada di kisaran USDD 13 dolar sampai USD 28 dolar per barel.
“Meskipun Israel mungkin memiliki keunggulan militer yang lebih unggul, Iran dapat memanfaatkan keunggulan geografisnya untuk mengganggu rute pelayaran utama di Selat Hormuz. Dalam hal ini, harga minyak akan melonjak,” kata Yeap Jun Rong , seorang ahli strategi pasar untuk IG Asia Pte di Singapura
Menurut para pedagang dan analis, jika terjadi gangguan besar dan berkepanjangan di Timur Tengah, AS kemungkinan akan memanfaatkan cadangan minyak strategisnya. Cadangan saat ini menampung sekitar 383 juta barel, yang menyediakan penyangga yang signifikan.
"Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak untuk saat ini, terutama saat menunggu pembalasan Israel dan mereka yang memiliki posisi short membeli saat terjadi penurunan untuk keluar dari posisi mereka guna menghindari risiko terjebak oleh kenaikan berikutnya. Namun, pada akhirnya mungkin tidak akan ada gangguan pada pasokan,” kata Callum Macpherson yang merupakan Kepala komoditas di Investec Plc.