Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada November 2025 sebesar 124,05 atau menurun 0,23 persen dibandingkan dengan Oktober 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa perkembangan tersebut dipengaruhi oleh indeks harga yang diterima petani (It) turun lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib).
Pada November 2025, secara nasional It turun sebesar 0,26 persen dibanding It Oktober 2025, yaitu dari 155,13 menjadi 154,72. Sedangkan Ib turun sebesar 0,03 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 124,77 menjadi 124,73.
Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani nasional adalah gabah, kelapa sawit, kakao atau coklat biji, serta tembakau.
Jika dilihat berdasarkan subsektor, BPS mencatat subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam adalah subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) yakni sebesar -0,66 persen.
Hal ini terjadi karena It pada subsektor tersebut mengalami penurunan sebesar 0,85 persen, lebih besar dari penurunan Ib sebesar 0,19 persen.
Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan It tersebut antara lain kelapa sawit, kakao atau coklat biji, tembakau, dan kelapa.
Sementara itu, nilai tukar nelayan (NTN) mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen. Hal ini disebabkan karena It mengalami peningkatan sebesar 0,66 persen, sementara Ib turun sebesar 0,04 persen.
Beberapa komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan It pada NTN meliputi ikan tongkol, ikan kembung atau kobang atau sumbo, serta cumi-cumi dan kakap.
Terkait harga beras, BPS melaporkan rata-rata harga beras di penggilingan pada November 2025 turun 0,88 persen secara (month-to-month/mtm) tetapi naik sebesar 6 persen secara (year-on-year/yoy)
Jika dipilah menurut kualitas beras di penggilingan, harga beras premium tercatat turun 0,66 persen secara mtm tetapi naik 5,48 persen secara yoy. Sementara beras medium turun 0,97 persen secara mtm, tetapi naik 6,46 persen secara yoy.
Selanjutnya di tingkat grosir terjadi deflasi beras sebesar 0,93 persen secara mtm, tetapi terjadi inflasi sebesar 5,03 persen secara yoy. Sedangkan di tingkat eceran terjadi deflasi sebesar 0,59 persen secara mtm, tetapi terjadi inflasi sebesar 3,72 persen secara yoy.
Baca juga: BPS catat beras jadi salah satu peredam inflasi bulanan pada November
Baca juga: BPS: Emas perhiasan kembali sumbang inflasi bulanan pada November
Baca juga: BPS catat nikel hingga besi-baja jadi penyumbang utama surplus
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.







































